Abdullah bin Mas’ud yang berkata:
“Bukanlah ilmu itu (hanya)
dengan banyak (menghafal) hadits, akan tetapi ilmu (yang bermanfaat) itu (timbul) dari besarnya
rasa takut (kepada Allah )”.
Dalam atsar shahih lainnya Abdullah bin
Mas’ud juga berkata dihadapan sahabat-sahabatnya:
“Sesungguhnya kalian (sekarang) berada di jaman yang banyak terdapat
orang-orang yang berilmu tapi sedikit yang suka berceramah, dan akan
datang setelah kalian nanti suatu jaman yang (pada waktu itu) banyak orang yang
pandai berceramah tapi sedikit orang yang berilmu.
“Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang
masuk (dan menetap) ke dalam relung hati (manusia),
yang kemudian melahirkan
rasa tenang, takut, tunduk, merendahkan dan mengakui kelemahan diri
di hadapan
Allah ”.
(Imam Ibnu Rajab Al Hambali)
Ini berarti bahwa ilmu yang cuma pandai
diucapkan dan dihapalkan oleh lidah, tapi tidak menyentuh – apalagi masuk – ke
dalam hati manusia, maka ini sama sekali bukanlah ilmu yang bermanfaat, dan
ilmu seperti ini justru akan menjadi bencana bagi orang yang memilikinya,
bahkan menjadikan pemiliknya terkena ancaman besar – semoga Allah melindungi kita semua.
Tujuan kita mempelajari ilmu agama tentu
saja bukan hanya untuk sekedar menambah wawasan atau sekedar teori yang hanya
berupa hafalan yang kuat atau kemampuan yang mengagumkan dalam berceramah, tapi
tujuan kita adalah agar ilmu tersebut memberikan manfaat dalam membimbing kita
untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah . Sehingga sumber
ilmu yang kita jadikan rujukan benar-benar harus terbukti bisa
mewujudkan tujuan tersebut
,,,
Imam Ibnul Jauzi dalam kitab beliau
“Shifatush shafwah” (4/122)1
menukil ucapan Hamdun bin Ahmad Al
Qashshar2 ketika beliau ditanya
Apa sebabnya ucapan para ulama salaf
lebih besar manfaatnya dibandingkan
ucapan kita?
Beliau menjawab:
Karena mereka berbicara (dengan niat) untuk
kemuliaan Islam,
keselamatan diri (dari azab Allah ),
dan mencari ridha Allah ,
adapun kita berbicara (dengan niat untuk)
kemuliaan diri (mencari popularitas),
kepentingan dunia (materi), dan mencari
keridhaan manusia”.
Dalam sebuah ucapannya yang terkenal Imam
Muhammad bin Sirin berkata:
“Sesungguhnya ilmu (yang kamu pelajari)
adalah agamamu (yang akan membimbingmu
mencapai
ketakwaan), maka telitilah dari siapa
kamu mengambil (ilmu) agamamu”.
Muhammad bin Waasi’ berkata
: Menurut pandanganku, mereka ditimpa keadaan demikian
(tidak terpengaruh dengan ceramah yang kamu sampaikan)
tidak lain sebabnya adalahdari dirimu
sendiri,
sesungguhnya peringatan (nasehat) itu jika
keluarnya (ikhlas)
Dari Dalam Hati
maka (akan mudah) masuk ke dalam hati
(orang yang mendengarnya)”.