Diberdayakan oleh Blogger.

Ilmu,,

Sabtu, 20 Juli 2013

Abdullah bin Mas’ud  yang berkata:
“Bukanlah ilmu itu (hanya) dengan banyak (menghafal) hadits, akan tetapi ilmu  (yang bermanfaat) itu (timbul) dari besarnya rasa takut (kepada Allah )”.

Dalam atsar shahih lainnya Abdullah bin Mas’ud  juga berkata dihadapan sahabat-sahabatnya:
 “Sesungguhnya kalian (sekarang) berada di jaman yang banyak terdapat orang-orang yang berilmu tapi sedikit yang suka berceramah, dan akan datang setelah kalian nanti suatu jaman yang (pada waktu itu) banyak orang yang pandai berceramah tapi sedikit orang yang berilmu.

“Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang masuk (dan menetap) ke dalam relung hati (manusia),
 yang kemudian melahirkan rasa tenang, takut, tunduk, merendahkan dan mengakui kelemahan diri
 di hadapan Allah ”.
(Imam Ibnu Rajab Al Hambali)

Ini berarti bahwa ilmu yang cuma pandai diucapkan dan dihapalkan oleh lidah, tapi tidak menyentuh – apalagi masuk – ke dalam hati manusia, maka ini sama sekali bukanlah ilmu yang bermanfaat, dan ilmu seperti ini justru akan menjadi bencana bagi orang yang memilikinya, bahkan menjadikan pemiliknya terkena ancaman besar – semoga Allah  melindungi kita semua.

Tujuan kita mempelajari ilmu agama tentu saja bukan hanya untuk sekedar menambah wawasan atau sekedar teori yang hanya berupa hafalan yang kuat atau kemampuan yang mengagumkan dalam berceramah, tapi tujuan kita adalah agar ilmu tersebut memberikan manfaat dalam membimbing kita untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah . Sehingga sumber ilmu yang kita jadikan rujukan benar-benar harus terbukti bisa
mewujudkan tujuan tersebut
,,,
Imam Ibnul Jauzi dalam kitab beliau “Shifatush shafwah” (4/122)1
menukil ucapan Hamdun bin Ahmad Al Qashshar2 ketika beliau ditanya
 Apa sebabnya ucapan para ulama salaf
lebih besar manfaatnya dibandingkan ucapan kita?
Beliau menjawab:
 Karena mereka berbicara (dengan niat) untuk
kemuliaan Islam,
keselamatan diri (dari azab Allah ),
dan mencari ridha Allah ,
adapun kita berbicara (dengan niat untuk) kemuliaan diri (mencari popularitas),
kepentingan dunia (materi), dan mencari keridhaan manusia”.


Dalam sebuah ucapannya yang terkenal Imam Muhammad bin Sirin berkata:
“Sesungguhnya ilmu (yang kamu pelajari)
adalah agamamu (yang akan membimbingmu mencapai
ketakwaan), maka telitilah dari siapa kamu mengambil (ilmu) agamamu”.

Muhammad bin Waasi’ berkata
: Menurut pandanganku, mereka ditimpa keadaan demikian
(tidak terpengaruh dengan ceramah yang kamu sampaikan)
tidak lain sebabnya adalahdari dirimu sendiri,
 sesungguhnya peringatan (nasehat) itu jika keluarnya (ikhlas)
Dari Dalam Hati
maka (akan mudah) masuk ke dalam hati (orang yang mendengarnya)”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar